Kumis Kucing: Bukan Sekadar Hiasan
Kumis kucing bukan hanya pemanis wajah sahabat berbulu. Setiap helainya mengandung saraf super sensitif yang membantu kucing mengukur jarak dan ruang.
Kumis ini berperan saat kucing memutuskan apakah sebuah kotak cukup besar untuk dimasuki, atau seberapa jauh mereka harus melompat. Saat menyentuh benda atau merasakan perubahan kecil di udara, kumis mengirimkan sinyal ke otak. Meskipun penting, stimulasi berlebihan pada kumis dapat menyebabkan stres, kondisi ini dikenal sebagai whisker fatigue.
Apa Itu Whisker Fatigue?
Menurut drh. Neil Marrinan dari Old Lyme Veterinary Hospital, Connecticut, kumis adalah bulu sensorik yang memberi kucing kemampuan ekstra dalam membaca lingkungan. Di dasar setiap kumis terdapat proprioceptor—organ sensorik yang sangat sensitif yang memberi informasi tentang dunia di sekitar mereka.
Dilansir dari PetMD, Marrinan menjelaskan bahwa meski kucing bisa mengarahkan fokus sensoriknya, sebagian besar respon kumis terjadi otomatis melalui sistem saraf otonom. Jika terlalu banyak rangsangan, seperti sentuhan berulang atau gesekan di mangkuk sempit, informasi yang diterima bisa menjadi berlebihan dan memicu stres.
Fungsi Kumis dan Hubungannya dengan Stres Makan
Kumis tumbuh di area sekitar hidung, mata, dan mulut. Rambut ini lebih panjang dan lebih sensitif dibanding rambut biasa. Kumis membantu kucing mengenali ukuran dan jarak objek—fungsi penting saat makan dan minum. Mangkuk yang sempit bisa menekan kumis dan menimbulkan rasa tidak nyaman, yang akhirnya membuat kucing stres.
Istilah yang Diperdebatkan
Marrinan menyebut istilah whisker fatigue kurang tepat, karena bukan menggambarkan kelelahan, melainkan lebih kepada rasa tidak nyaman atau enggan. Sementara itu, drh. Cathy Lund dari City Kitty, Rhode Island, meragukan validitas kondisi ini. Ia mengakui bahwa kumis memang sensitif, tapi tidak yakin bahwa kontak dengan benda menyebabkan stres.
Kumis yang Luar Biasa
Sulit membayangkan kucing tanpa kumis lebat. Proprioceptor di dasar kumis membantu kucing mengenali ruang, berburu, dan bergerak di gelap. Dengan kata lain, kumis adalah alat navigasi vital yang tak tergantikan.
Penyebab Whisker Fatigue
Kucing mengandalkan kumis untuk mengenali lingkungan, sehingga tak bisa mengabaikan rangsangan dari sekitarnya termasuk yang muncul saat makan atau minum. Jika kumis terus-menerus menyentuh sisi mangkuk, hal ini bisa menyebabkan overstimulasi dan memicu whisker fatigue.
Menurut drh. Neil Marrinan, perilaku kucing saat makan bisa menjadi indikator stres. Beberapa tanda yang perlu diperhatikan meliputi:
Namun, gejala ini juga bisa mengindikasikan masalah kesehatan lain seperti gangguan pencernaan, penyakit gigi, tumor mulut, atau masalah perilaku. Jika ragu, konsultasikan ke dokter hewan.
Bisakah Whisker Fatigue Dicegah?
Menurut Marrinan, mencegah whisker fatigue saat makan sangat mudah—cukup ganti mangkuk makanan dan minum dengan yang lebar dan dangkal agar kumis tidak menyentuh sisi mangkuk. Dalam keadaan darurat, makanan bisa disajikan di piring kertas. Untuk minum, air mancur khusus kucing bisa menjadi pilihan.
Ia juga menegaskan bahwa memotong kumis bukanlah solusi, dan sebaiknya dihindari.
Berikut langkah sederhana yang bisa Anda lakukan:
Sumber:
1. "Mengenal Whisker Fatigue yang Terjadi pada Kucing",
https://www.kompas.com/homey/read/2022/
11/14/113300576/mengenal-whisker-fatigue-
yang-terjadi-pada-kucing?page=all.
3. https://www.lonetreevet.com/blog/whisker-fatigue-
in-cats/